Perjalanan pulang setelah menghadiri pesta pernikahan seorang teman di Enrekang Utara pantat terasa kebas menahan bobot badan yang bertambah berat. Jalanan yang dilalui berliku-liku, naik turun menuntut konsentrasi tinggi sehingga badan cepat penat dan lelah. Jalan arah ke selatan menuju Kota Enrekang semakin menurun tingginya dan sampai di Bambapuang kami menepi untuksinggah di salah satu warung makan yang berderet di pinggir jalan untuk istirahat sejenak sambil mendinginkan mesin kendaraan. Beberapa teman mulai memesan cinta ke mbak penjaga warung untuk menhilangkan haus dan mengurangi rasa letih. Kata orang dengan minum cinta akan memulihkan tenaga dengan cepat. Ya, cintanya berupa cindolok tape yaitu minuman cendol kuah santan campur gula merah cair dan tape. Kali ini seleraku berbeda dengan teman-teman karena aku lebih berhasrat minum kopi khas Enrekang yang terkenal seantero perkopian dunia.  

Deretan warung-warung di sekitar resting house sepanjang jalan poros Enrekang-Tana Toraja yang berjarak sekitar 15 km dari pusat kota Enrekang memiliki konstruksi bangunan yang hampir sama. Jalanan memanjang diatas jurang dan melipir di tepian gunung sehingga bagian depan warung menapak di bibir jalanan dan sebagian lainnya ditopang tiang beton yang terpancang kuat di tebing yang miring dibawahnya. Bagi sebagian pengunjung yang takut ketinggian maka akan bercampur antara nikmatnya hidangan yang disajikan dengan sensasi desiran yang menjalar dari telapak kaki ke lutut, perut kemudian naik ke wajah saat mata menengok ke bawah dimana nampak dalamnya jurang di belakang bangunan. Jauh memandang di bagian belakang rumah makan tampak deretan pegunungan yang indah. Yang istimewa diantara deretan gunung terdapat sebuah gunung yang bentuknya menyerupai vital wanita yang dalam bahasa Enrekang disebut Buttu Kabobong dimana Buttu artinya gunung dan Kabobong berarti kelamin wanita. Nama lain yang lebih populer di masyarakat adalah Gunung Nona sedangkan di kalangan turis biasa disebut Erotic Mountain.

Enrekang wilayahnya didominasi pegunungan dan perbukitan sehingga memiliki sebutan lain yaitu Massenrempulu yang berarti meminggir gunung atau menyusur gunung. Enrekang sendiri berasal dari kata Endek yang berarti naik atau panjat dan nama tersebut menggambarkan kondisi kontur Enrekang yang bergunung-gunung dengan bukit yang sambung-menyambung mengambil sekitar 85% dari 1.786.01 m2  luasan wilayah Kabupaten Enrekang. Gunung tertinggi di Sulawesi adalah gunung Latimojong yang memiliki ketinggian 3.430 mdpl menjadi favorit para pendaki melalui jalur pendakian di Kecamatan Baraka Enrekang. Dengan puncak gunung Rantemario termasuk dalam Seven Summits Indonesia. Enrekang terdiri atas 12 kecamatan dan pemukiman penduduk terpusat di area tanah yang lebih datar. Jalan penghubung antar desa dan kecamatan kebanyakan berliku-liku, naik turun di bibir perbukitan dan mlipir diatas jurang. Tidak sedikit dusun-dusun tersebar di perbukitan dan lereng-lereng gunung karena gejolak pada masa  pemberontakan DI-TII Kahar Muzakkar dan kedatangan pasukan Siliwangi penduduk banyak yang mengungsi.

Asap kopi panas mengepul dan meliuk-liuk tertiup angin menyebarkan aroma.  Kopi kuseruput lembut saat bibirku dan tepian gelas kaca bertemu. Refleks keluar desah kepuasan sehingga menarik perhatian sekitar. Mbak penjaga warungpun ikut tersenyum melihat reaksi yang kuberikan dari sebuah rasa kopi. Menikmati kopi Arabica Celebes Kalosi di saat udara dingin menggigit mampu membangkitkan keseimbangan diri. Mulut dan lidah yang kelu tersentuh dan tersengat sehingga  bergetar hangat. Citarasanya begitu unik dengan aroma tanah, kecut, sedikit manis buah dan sisa rasanya pahit namun tipis. Enrekang memang sangat cocok untuk budidaya kopi karena memiliki pegunungan yang luas dengan cuaca yang mendukung. Beberapa kali mengikuti kontes kopi baik tingkat nasional maupun internasional kopi Kalosi tergolong kopi terbaik. Setelah sempat menjadi perhatian, diam-diam ganti kuamati semua pengunjung yang mampir di warung dan memesan minuman kopi. Tampak aneh karena di daerah dengan cuaca dingin biasanya kalau  minum kopi maka yang tidak ketinggalan adalah rokok. Nyata yang kulihat mereka tidak merokok.

Erotic Mountain [Gunung Nona]

Desa Bone-Bone berketinggian 1500 mpdl terletak di kaki gunung Latimojong  telah membalikkan fakta lama dengan fakta baru yaitu penduduk di daerah dingin menghangatkan diri dengan minum kopi sambil menghisap rokok. Fakta baru yang dirintis tahun 2000 oleh sang Kepala Desa dan efektif diterapkan tahun 2005 berhasil memberantas 70% dari 800 warganya di segala usia saat itu yang semula perokok berhenti merokok. Perjuangan luar biasa dari seluruh warga utamanya sang kepala desa menobatkan Desa Bone-Bone menjadi desa pertama di dunia bebas rokok. Bagi pelanggar aturan desa maka akan mendapatkan sanksi sesuai kesepakatan dan efek positipnya mampu menginspirasi dan diikuti oleh Bupati, Camat dan sejumlah Kepala Desa lainnya dan menjadi tempat penelitian beberapa institusi dari luar negeri termasuk Jepang dan Australia. Cendol teman-temanku sudah habis begitu pula seruputan kopi terakhir kulakukan. Kuhirup dalam-dalam segarnya udara bercampur aroma seduhan kopi Kalosi yang terbaik bukan aroma asap rokok karena Desa Bone-Bone sudah lama bebas asap rokok. Indahnya lukisan alam Gunung Nona di depanku dan dikejauhan samar-samar kulihat puncak Rantemario Gunung Latimojong yang menjulang di Pulau Sulawesi. Itulah pesonamu Enrekang, pesonamu Massenrempulu.

Kira2 Fiksi atau Non Fiksi??

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *