1. Memilih Tema

Dalam menyusun antologi tema yang dipilih ikut menentukan siapa penulis yang dilibatkan. Tema juga terkait dengan siapa yang akan menjadi konsumen atau target pembaca dari buku antologi nantinya. Buku antologi tentang medis maka pembacanya akademisi demikian juga buku cerita misalnya target pembaca untuk tingkat anak-anak, remaja, dewasa atau untuk segala usia. Jadi tema yang dipilih adalah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau yang menjawab tantangan pada masa itu.

Selanjutnya perlu riset untuk mngerucutkan tema agar tidak terlalu umum tetapi lebih spesifik, misalnya tema parenting difokuskan untuk anak usia prasekolah, remaja, atau dewasa. Sudut pandang penulisan bisa agama, umum, psikologi, pendidikan atau pengalaman penulis adalah cara mengerucutkan tema. Setelah memilih tema selanjutnya adalah memilih subtema yang lebih spesifik.

2. Memilih Penulis

Tahapan membuat antologi selanjutnya adalah memilih penulis. Memilih penulis dengan membentuk tim bisa paralel atau bersamaan. Sebuah tim dibentuk ringkas sekitar 4 orang untuk efisiensi dan efektivitas sedangkan penulis bisa dipilih yang menyesuaikan  keadaan. Bisa juga sebuah komunitas menulis dan membuat naskah antologi atau mengundang penulis dengan mengadakan lomba kemudian naskah karya peserta lomba disusun menjadi buku antologi.

3. Membuat Kontrak dengan Penulis

Membuat antologi melibatkan banyak orang dan perlu dibangun kesefahaman sejak awal terkait apakah naskah dikerjasamakan dengan penerbit, atau komunitas sendiri. Perlu disepakati bagaimana fee atau imbalan menulis naskah antologi, kriteria senioritas atau kualitas untuk menyusun urutan naskah yang didepan atau belakang. Jadi kesefahaman diwujudkan dalam bentuk kesepakatan atau kontrak agar tidak salah faham, tidak timbul konflik, nyaman dan berkah.

4. Dibuat Outline

Outline bisa dibuat terlebih dahulu baru dipilih penulis atau penulis yang sudah dipilih kemudian dilibatkan dalam membuat outline. Menulis tanpa outline juga tidak masalah dengan cara dibuat subtema-subtema atau sub bahasan-sub bahasan dan penulis memilih pembagian subtema atau sub bahasan untuk menulis naskahnya.

5. Membuat Judul

Membuat judul bisa diawal, diakhir atau saat proses penyusunan antologi. Membuat judul diawal misalnya membuat antologi tentang sex education pada anak usia dini, maka para penulis yang dilibatkan membuat naskah sesuai judul yang diberikan. Menentukan judul bisa dipertengahan atau akhir, misalnya antologinya bersumber dari naskah-naskah atau artikel yang sudah ada yang sesuai tema setelah disusun judul bisa dibua atau kalau sudah ada bisa direvisi agar lebih marketable. Jadi membuat judul dibuat dengan mempertimbangkan akan laku di pasaran, mencerminkan misi, dan membuat senang semua pihak yag terlibat dalam pembuatan buku

6. Pengumpulan Naskah

Pembuatan buku antologi prosesnya bisa cepat atau lambat. Membangun kesepakatan dengan memberikan target waktu misalkan 1-2 pekan kepada penulis kemudian dalam proses mengingatkan tenggat waktu bagi yang terlambat akan membuat penulis bersemangat sehingga dapat mempercepat proses pengumpulan naskah dalam pembuatan buku antologi

7. Editing Naskah

Editing naskah adalah proses yang berat dan panjang. Walaupun penulis diharapkan menyetor naskah yang ditulis dengan sebaik-baiknya tetapi tidak semua penulis memiliki kemampuan yang sama, apalagi masih tahap belajar.

Editing yang sangat penting adalah editing konten atau isi. Bila naskah adalah naskah ilmiah, psikologi, atau agama maka butuh editor atau konsultan yag bisa memberikan masukan-masukan pada bidang-bidang tersebut. Antologi dengan tema berupa pengalaman hidup, true story, atau kisah yang menginspirasi tidak membutuhkan konsultan tetapi perlu dipilih seorang editor yang memahami sisi nilai dari isi buku agar tidak overlapping, tumpang tindih atau pengulangan-pengulangan yang sama. Disinilah keuntungan antologi yaitu pada ragam dan warna tulisan sehingga setiap naskah istimewa, unik dan menarik.

Editor juga memeriksa naskah yang memuat quote, petikan kalimat jangan sampai salah mengutip atau salah penulisan. Demikian juga pemeriksaan penulisan alamat, kota, tahun, bulan, tanggal, dan  lain-lain. Ejaan Bahasa Indonesia dalam naskah apakah naskah sudah sesuai atau belum perlu dilakukan editing. Membuat tulisan yang populer dan gaul etap memperhatikan bahwa membuat karya harus menumbuhkan tradisi literasi yang tinggi, bukan bahasa sampah yang tidak mendidik. Naskah harus mengajarkan orang yang membacanya untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta  mendapatkan kemanfaatan dari bacaan yang indah, enak dinikmati dan efisien

Memilih kalimat yang efisien tetapi berwarna, kaya makna dan berbobot tidaklah mudah. Konsistensi penulisan juga perlu diperiksa oleh editor. Penulisan aku, saya, atau sudut pandang pihak I, II atau III harus konsisten dari awal sampai akhir tulisan. Tugas editor juga menilai karya dan meluruskannya agar tampil menjadi karya yang enak, manis, dan renyah membacanya. Demikian mengedit ilustrasi, gambar atau foto juga penting. Antologi dengan gambar maka ilustrator harus mendapatkan fragmen tulisan dari penulis seperti apa yang ingin digambarkan sehingga antara tulisan dan gambar sesuai termasuk pemilihan foto-foto yang layak untuk dimuat.

Sumber : Ida Nurlela Alienaku link https://youtu.be/0B5bsCRZ4BY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *