Rangkaian Pegunungan Karst Bagaikan Lukisan

Pagi itu, sebelum memulai rutinitas keseharian menuju sekolah, aku meluangkan waktu memeriksa kembali beberapa keran di rumah yang sudah lama bermasalah. Kondisinya keran terasa seret saat diputar dan terdapat bercak putih membatu yang membuat aliran air tersendat. Bahkan, satu keran yang jarang digunakan justru seperti terkunci mati, tak mau berputar sama sekali.

Kondisi ini sudah mulai terasa sekitar dua tahun terakhir, namun baru kali ini keran tersebut terasa begitu parah. Keran-keran ini dipasang pada tahun 2015 awal, saat rumah baru selesai dibangun dan dihuni. Jika harus diganti sekarang, itu wajar saja. Tergolong awet karena memang saat itu aku memilih keran berkualitas sehingga mampu bertahan hingga 7-9 tahun. Bahkan, keran-keran ini sudah memberikan banyak “bonus” dalam bentuk ketahanannya. Tentu pengalamanku dengan keran yang kaku membatu atau tersumbat seperti karat kemungkinan pernah dialami rumah tangga yang lain utamanya daerah yang berkapur.

Enrekang, kabupaten di Sulawesi Selatan ini, terkenal dengan hamparan perbukitan dan pegunungan yang menawan. Bahkan, salah satu dari tujuh puncak tertinggi Indonesia, Gunung Latimojong, berada di Enrekang. Pemandangan alamnya bagaikan lukisan alam yang tiada tara. Namun, di balik keindahan alamnya, Enrekang menyimpan “musuh tersembunyi” yang merepotkan para ibu rumah tangga, yaitu air yang berkapur.

Enrekang didominasi oleh pegunungan karst (batu kapur) yang terbentuk dari proses pengendapan batuan hasil timbunan binatang sejenis kerang di dasar laut. Jutaan tahun kemudian, akibat efek geologis dan tumbukan lempeng, batuan-batuan tersebut terangkat ke permukaan dan menjadi daratan atau pegunungan kapur yang menawan.

Di daerah berpegunungan kapur seperti Enrekang, kita dapat menemukan berbagai jenis batuan (marmer, sisik naga) dan anak-anak sungai yang memotong pegunungan, menciptakan pemandangan alam yang unik dan memesona. Bahkan, di beberapa tempat biasa ditemukan gua-gua yang diantaranya memiliki stalaktit dan stalagmit yang terbentuk dari air kapur yang menetes dari langit-langit gua selama berabad-abad.

Keran Hanafiyah

Melihat keran rusak tentunya hanya masalah kecil tidak seperti polemik yang rumit awal kemunculan keran air yang dimanfaatkan untuk berwudhu. Pada masa keislaman keran diberikan sebutan hanafiyah. Hanafiyah adalaj sebutan pengikut mazhab Hanafi (Imam Abu Hanifah) yang menghalalkan penggunaan keran air dipakai untuk berwudhu dengan alasan mempermudah umat Islam dalam bersuci atau beribadah.

Fatwa ini berseberangan dengan mazhab lainnya yang mengharamkan dengan alasan penggunaan keran tidak pernah ada pada masa dahulu (salaf) di negara-negara muslim manapun. Keran hanafiyah, atau keran air, selanjutnya digunakan untuk berwudlu di Al-Azhar pada masa darurat oleh Syaich Muhammad Abduh padahal masa itu penggunaan pipa dan keran air untuk berwudlu juga masih dilarang karena fatwa haram. Namun, Syaich Muhammad Abduh mengganti tempat wudlu di Al-Azhar dengan keran-keran air hanafiyah dengan alasan darurat. Dalam perkembangannya keran air dipakai oleh hampir seluruh manusia di dunia. Itu sekilas kisah yang berkaitan dengan keran masa itu yang mungkin tidak terdampak air kapur

Dampak Nyata Dan Solusi Praktis

Dampak nyata air yang mengandung kapur adalah muncul kerak membandel. Prosesnya, kapur dalam air mengendap dan membentuk kerak pada pipa air atau keran. Bercak putih kapur tidak hanya merusak keindahan peralatan rumah tangga seperti keran, shower, dan cermin, tapi juga dapat memperpendek usia pakainya. Kapur bersifat abrasif dan dapat mengikis permukaan peralatan, membuatnya kusam dan mudah berkarat. Berkaitan dengan kesehatan, antisipasi gangguan ginjal maka rumah tangga yang memanfaatkan air sumur, air gunung atau air PDAM yang diminum sesudah dimasak, maka air diendapkan dan disaring lebih dahulu. Masyarakat dengan pengalaman yang ada sejak zaman dahulu sudah melakukan hal tersebut untuk menjaga kesehatan. Jasa penyediaan air minum melalui depot air minum yang menggunakan pasir silika, reverse osmosis (RO) bahkan disinari ultraviolet menjamur sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

Sedangkan untuk keperluan air bersih yang bersumber dari air baku dari sumur, air gunung atau PDAM untuk Mandi, Cuci, Kakus (MCK) dan untuk menjaga usia pemakaian peralatan rumah tangga maka bisa memasang sendiri set filter di rumah. Peralatan unit penyaringan terdiri rumah (house) filter, filter, bracket untuk menahan rumah filetr ke tembok, kunci rumah filter bisa dirakit dan dipasang pada jaringan pipa sebelum masuk ke tandon atau ke rumah. Filter (berwarna putih) secara berkala bisa dicuci dari lumpur atau kapur yang menempel dan dipasang kembali.

Dengan ikhtiar pemasangan filter air yang murah, maka kita dapat menyediakan air untuk kebutuhan harian di rumah dengan lebih bersih sehingga bisa melindungi diri, keluarga, dan kelancaran aktivitas keseharian dari dampak pengendapan kapur seperti biaya memperbaiki atau mengganti keran-keran yang cepat rusak, atau tidak repot membersihkan bak mandi yang cepat sekali mengerak.

Dan lukisan alampun kembali Indah …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *