Rabu, 3 april yang lalu sempat mampir menemani anak-anak yang lagi liburan di Makassar dan agenda wajib mereka pergi ke Gramedia. Mereka masing-masing sudah mendapatkan buku yang akan dibeli dan aku ikut mencari-cari yang menarik untuk dibaca. Bumi Yang Tak Dapat Dihuni sebuah judul buku terbitan Gramedia Pustaka Utama terjemahan dari buku The Uninhabitable Earth karya David Wallace – Wells diterbitkan tahun 2018 menjadi buku terlaris menurut New York Times akhirnya ku pungut menjadi buku pilihan yang akan dibeli.

Aku teringat sewaktu membuka kalender di handphone tanggal 22 April adalah Hari Bumi 2024 jadi beberapa hari lalu aku unboxing dan sebagian sudah terbaca. Buku ini menceritakan kisah tentang masa depan akibat dampak perubahan iklim dan apa yang dapat kita lakukan untuk menghindarinya. Gambaran umum isi pada buku Bumi Yang Tak Dapat Dihuni saya tuliskan berikut ini.

Buku Uninhabitable Earth bersampul putih
Mampir di Gramedia di Mall Panakukkang

Dampak Pemanasan Global:

Buku ini membahas dampak mengerikan dari pemanasan global, dengan skenario terburuk yang menunjukkan Bumi menjadi tidak layak huni dalam beberapa dekade.

  • Kenaikan Suhu: Kenaikan 2 derajat Celcius memicu konsekuensi bencana, termasuk gelombang panas ekstrem, kekeringan, gagal panen, dan kepunahan massal.
  • Naiknya Permukaan Laut: Banjir pesisir menenggelamkan kota-kota, memaksa migrasi massal, dan mengganggu ekosistem pesisir.
  • Gangguan Iklim: Pola cuaca menjadi tidak terduga, dengan badai dahsyat, kekeringan berkepanjangan, dan hujan lebat yang lebih sering.
  • Ancaman bagi Kesehatan: Polusi udara meningkat, memicu penyakit pernapasan dan masalah kesehatan lainnya. Gelombang panas mematikan orang tua dan rentan.

Meskipun gambarannya suram, Wallace-Wells menawarkan secercah harapan berupa solusi potensial:

  • Pengurangan Emisi Karbon: Transisi cepat ke energi terbarukan dan pengurangan emisi gas rumah kaca sangat penting untuk membatasi pemanasan.
  • Adaptasi: Membangun infrastruktur yang tahan iklim, mengembangkan tanaman tahan kekeringan, dan melindungi pesisir dari banjir.
  • Kerjasama Global: Upaya kolektif antar negara dan komunitas diperlukan untuk mengatasi krisis ini secara efektif.

Pesan Utama dan Solusi Potensial

Pesan utama pada buku “Bumi yang Tak Dapat Dihuni” adalah seruan mendesak untuk bertindak. Ini menggambarkan konsekuensi mengerikan dari kelambanan dan menawarkan jalan keluar yang mungkin. Buku ini mendorong pembaca untuk:

  • Memahami urgensi krisis iklim.
  • Mendukung kebijakan yang mengatasi perubahan iklim.
  • Mengubah kebiasaan pribadi untuk mengurangi emisi karbon.

Buku ini diterbitkan pada tahun 2018, dan beberapa prediksi mungkin telah berubah dengan data dan penelitian baru. Wallace-Wells fokus pada dampak terburuk dari perubahan iklim, dan ada kemungkinan skenario yang lebih moderat jika tindakan pengurangan emisi yang signifikan diambil.

Kesimpulan:

“Bumi yang Tak Dapat Dihuni” adalah bacaan penting bagi siapa saja yang ingin memahami dampak perubahan iklim dan apa yang dapat kita lakukan untuk menghindarinya. Buku ini menantang dan mengganggu, tetapi juga menawarkan alasan untuk berharap dan bertindak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *