Aku tidak mengetahui sedikitpun bagaimana itu pondok pesantren dan bagaimana itu santri. Ketika aku masih duduk di SD tidak ada sedikitpun terbetik dalam hati untuk belajar di pondok pesantren. Tekadku saat itu ingin melanjutkan sekolah di sekolah umum yaitu di SMP Negeri.
Seiring berjalannya waktu, entah kenapa tiba-tiba berubah niat. Aku memiliki teman akrab di SD dan ia ingin melanjutkan sekolahnya di pondok pesantren. Dia selalu membujuk agar aku mengikutinya sekolah di pondok pesantren. Awalnya aku selalu menolak tapi lama kelamaan tertarik karena bujukannya.
Aku sampaikan keinginanku kepada ibu bahwa aku ingin melanjutkan sekolah di pondok pesantren. Ibu menyetujui dan mulai mengurus pendaftaranku untuk masuk kepondok pesantren. Kebetulan, tetangga saya ada yang sudah sekolah di pondok pesantren sehingga terbantu dan akupun mengisi formulir pendaftaran sebagai calon santri baru.
Dingin masih menyelimuti pagi hari. Akupun bersiap-siap berangkat ke kota Enrekang untuk mengikuti tes seleksi calon santri baru di Pondok Pesantren Modern Darul Falah Enrekang. Aku bersama Ibuku menaiki mobil sewa dan sekitar sejam perjalanan akhirnya tiba di Pondok Pesantren Modern Darul Falah. Aku masuk ke pondok tersebut untuk pertama kalinya dan setelah registrasi kemudian masuk ke ruangan tes. Kertas tes dibagikan kepada seluruh calon santri baru dan aku mengerjakannya sampai selesai. Setelah tes, Ibu mengajakku berkunjung sebentar ke rumah tante setelah itu aku pun pulang ke rumah dan menunggu pengumuman hasil tes 3 hari lagi.
Hari pengumuman pun tiba. Informasi kelulusan akan dikirim melalui SMS ke nomor HP Ibu. Akupun tidak sabar menunggu pengumuman itu dan saat HP ibuku pun berbunyi pertanda ada pesan yang masuk aku berharap itu adalah SMS pengumuman kelulusan calon santri baru. Dan benar itu adalah pengumuman hasil tes dan aku dinyatakan lulus. Betapa gembira kurasakan saat itu demikian Ibuku bahwa menjadi santri di Pondok Pesantren Modern Darul Falah. Dari informasi kelulusan juga bagi peserta yang lulus tes diharapkan agar melakukan pendaftaran ulang. Di pendaftaran ulang itulah kita mengurus biaya masuk dan juga tentang barang-barang yang diperlukan ketika kita mondok seperti lemari, kasur, bantal, timba, ember, dan kitab-kitab yang akan dipelajari di pondok.
Ya, saat ini sudah hampir enam tahun aku belajar di pondok tercinta, tempat yang sederhana namun memberikan kenangan yang sangat berarti di kehidupanku, di pondok itulah saya terlatih untuk menghadapi kerasnya kehidupan, dan disanalah juga saya mengetahui arti kebersamaan sesungguhnya yang tidak akan dijumpai di sekolah luar atau sekolah umum. Hanya yang mengalami tinggal di pondok yang dapat merasakannya.
Kesan Hari Pertama di Pondok
Lama kurasakan menunggu dan akhirnya tiba waktu masuk ke pondok. Barang-barang yang akan dibawa ke pondok sudah siap dan kamipun berangkat ke pondok. Saat sampai dipondok aku mencari kamar asrama sesuai pembagian. Tempat mendapatkan tempat tidur bertingkat dekat jendela yang terbuat dari kayu dan aku belum ada kasur. Ada namaku Ahmad Munif Rahman tertera di tempat tidur tingkat bagian bawah.
Kemudian kami urus perlengkapan tempat kami pesan kasur, sprei, lemari, dan buku-buku kitab. Semuanya dibawa ke asrama dan ada kakak santri yang membantu mengangkatnya, mungkin sudah ditugaskan oleh ustadz di pesantren. Kemudian aku mulai memasang kasur, sprei dan menata barang-barang seperti baju ke dalam lemari serta menandai barang-barang dengan nama agar tidak hilang. Ibuku membantu aku menata, menyusun dan merapikan semua barang-barangku. Tidak lupa pula ibuku menasehati aku agar selalu menjaga diri dan juga barang-barang yang dimiliki.
Seharian asramaku ramai sekali santri baru dengan para pengantarnya bersama dengan barang-barang yang dibawa. Aku lihat ada seorang ustadz yang sering mengarahkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari orang tua santri baru. Mungkin itu nanti yang jadi pembina di asramaku. Aku sempatkan juga jalan-jalan sebentar mengenal lingkungan pondok, tempat kamar mandi, kantin, dan masjid.
Penuh dengan kesibukan tidak terasa hari sudah sore. Ibu dan kakakku akan pulang kembali ke kampung. Hatiku sangat tidak rela ketika akan ditinggal ibu, sedih rasanya. Tetapi semua harus mulai aku jalani. Akupun menyalami dan kucium tangan ibuku, mataku berkaca-kaca dan kutahan jangan sampai jatuh air mataku karena malu dilihat banyak orang. Setelah itu, ibu dan kakak pergi dan aku ditinggal sendiri.
Pada malam harinya setelah shalat isya, aku mengambil piring kemudian pergi ke dapur. Disana banyak sekali orang yang antri, sangat berbeda dengan kehidupan dirumah dimana kita bebas mengambil makanan tanpa mengantri. Tapi di pondok kita dilatih untuk sabar mulai dari hal yang kecil dan salah satu contohnya adalah bersabar ketika antri makan.
Jam sudah menunjukkan pukul 10, sesuai aturan pondok seluruh santri waktunya untuk tidur. Aku merebahkan diri di ranjangku dan siap-siap untuk tidur. Tapi sampai tengah malam aku belum bisa tidur, rasanya mataku tidak mau terpejam. Ingatanku melayang-layang ke kampungku, dan aku teringat orangtua dirumah. Air mataku pun tak terbendung dan akupun menangis. Itulah pengalaman hari pertamaku masuk pondok.
Kehidupanku yang baru sudah dimulai dan ini menjadi sesuatu yang tidak pernah muncul dalam rencanaku bahkan tidak terbersit dalam fikiranku. Keinginan semula belajar di SMP Negeri tetapi Allah merencanakan yang lain. Allah menakdirkan aku belajar di pondok pesantren melalui seorang teman yang mengajakku masuk pondok pesantren. Mungkin Allah ingin menjagaku dari dunia luar makanya aku masuk ke pondok pesantren.
Perjalanan hidup manusia tidaklah selalu sesuai dengan yang diharapkan, belum tentu yang kita harapkan itulah yang terbaik, bahkan hal yang belum pernah kita harapkan mungkin itulah yang terbaik.
Allah subhanallahu wata’ala berfirman :
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“ Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. “
Belajar Bertanggung Jawab
Setelah beberapa hari dipondok aku mulai beradaptasi dengan kehidupan di pondok. Aktivitas keseharian mulai dari belajar pagi di sekolah, ibadah lima waktu berjamaah di masjid pesantren, mengikuti kegiatan pembinaan kepesantrenan, bahasa, antri makan, mencuci baju sendiri, merapikan kasur, merapikan pakaian dan masih banyak lagi. Aku mulai terlatih untuk mandiri. Aku juga mendapat banyak teman baru di pondok dari berbagai daerah. Itulah indahnya belajar di pondok, kita dapat mengenal lebih luas lagi tentang daerah atau kampung lain. Ada yang kampungnya jauh, ada yang kampungnya tidak terlalu jauh bahkan ada juga yang rumahnya dekat dengan pondok.
Pada suatu hari, di asramaku tercium bau yang busuk seperti bau kencing. Bau itu sangat mengganggu. Setelah dicari, bau tersebut berasal dari botol berisi kencing ditempat sampah. Entah siapa yang sudah kencing dengan memasukkan kencingnya ke dalam botol. Mungkin orang itu kebelet kencing dan dia takut pergi ke toilet tengah malam, makanya dia kencing di dalam botol.
Pendamping asrama kami mengumpulkan kami dan tidak ada seorangpun yang mengakuinya. Maka kami searama diberikan hukuman karena tidak ada yang mengakuinya. Itulah pengalaman pertamaku dihukum dipondok. Walaupun pengalamannya kurang mengenakkan namun sangat berkesan. Memberikan pelajaran kepada kami bahwa beginilah kehidupan dipondok, kebersamaan harus dijunjung tinggi, tidak boleh ada yang egois.
Perjuanganku menghapal Al Qur’an
Aku memulai perjuangan menghapal Al Qur’an saat kelas 2 SMP. Ketika aku kelas 1 SMP, di pondokku memang sudah ada program tahfiz namun hanya ada tahfiz khusus yaitu tahfiz yang hanya fokus menghafal dan tidak masuk sekolah sama sekali. Aku kurang tertarik saat itu karena aku ingin menghafal namun disisi lain aku juga masih ingin belajar di sekolah. Saat sudah kelas 2 SMP pesantren membuka program tahfiz reguler, yaitu santri menghafal Al Qur’an namun tetap masuk sekolah. Akupun tertarik dan masuk program tahfiz reguler.
Di program tahfiz reguler, aku sangat rajin menghafal dan menyetor hafalan sampai kelas 3 SMP. Untuk melanjutkan hafalanku setamat SMP, aku melanjutkan SMA di Pondok Pesantren Modern Darul Falah dan tetap di tahfidz reguler untuk menyelesaikan hafalan 30 juz. Rupanya Allah berkehendak lain, saat di SMA niatku berubah dan aku pindah ke program tahfiz khusus sehingga lebih fokus menghafal dan tidak lagi mengikuti belajar di kelas.
Aku membuat rencana capaian target hafalan, yaitu mengkhatamkan 30 juz di kelas 10 semester 2. Namun diawal semester 2, Indonesia dilanda musibah Covid-19 dan semua sekolah diliburkan termasuk pondokku. Jadi akupun harus pulang kampung.
Selama di rumah, aku tidak menambah hafalanku dan hanya mampu muroja’ah hafalanku. Setelah libur corona yang sangat panjang dirumah, akhirnya pondok mengizinkan santri tahfiz agar masuk pondok dan akupun masuk pondok. Aku kembali melanjutkan hafalanku dan akhirnya aku mengkhatamkan 30 juz alqur’an di bulan puasa pada saat kelas 11 semester 2. Walaupun tidak sesuai dengan target awal, tapi tetap harus disyukuri karena inilah rencana Allah yang terbaik. Boleh jadi kita tidak menyukai sesuatu padahal itu baik bagi kita.
Kebersamaan di Asrama Tahfiz
Santri yang mengikuti program tahfidz diatur menempati asrama yang tidak bercampur dengan santri lainnya. Aku masuk di asrama tahfiz sewaktu kelas 2 SMP bersama temanku dua orang. Awalnya aku sangat malu untuk bergabung dengan penghuni asrama tahfidz karena aku peserta baru dan penghuni asrama rata-rata kakak SMA. Aku jarang tinggal di asrama bahkan saat tidur menginap di asrama lain.
Seiring berjalannya waktu, aku mulai beradaptasi dengan kakak-kakak SMA yang ada di asrama tahfiz. Mereka orangnya baik, ramah dan selalu mengajak bicara. Lama kelamaan akupun mulai akrab dengan mereka bahkan aku selalu bercanda dengan mereka layaknya teman sebaya padahal mereka itu umurnya 1-4 tahun lebih tua dariku. Yang aku kagumi dari asrama tahfiz adalah kebersamaannya yang berbeda dibandingkan asrama lainnya. Kalau ada kue atau makanan, pasti kita makan bersama-sama, tidak ada yang makan sendiri-sendiri. Itulah kebiasaan kami di asrama tahfiz yang bertahan sampai sekarang dan semoga akan tetap berlanjut kedepannya ketika kami sudah meninggalkan pondok.
Hikmah
Segala ketentuan yang terjadi di dunia ini adalah rencana Allah Swt dan tidak ada yang bisa mengubahnya kecuali kehendak-Nya. Rencana Allah tidak akan membawa kepada keburukan, sebaliknya akan membawa manusia kepada kebaikan. Sehingga tidak perlu ada keraguan dalam hati mengenai rencana yang akan datang. Walaupun itu buruk di mata manusia, tapi yakinlah itu pasti adalah yang terbaik bagi kita. Kita harus mensyukuri rencana Allah Swt. Manusia hanya bisa berencana, namun Allah lah yang menetapkan.
Itulah cerita sederhana dariku, tentang pengalaman selama 6 tahun di pondok. Semoga cerita sederhana ini dapat memberikan faedah yang baik bagi para pembaca. Ambil baiknya buang buruknya.
Ahmad Munif Rahman lahir di Enrekang pada 10 Juni 2003. Anak kelima dari pasangan Almarhum Rahman Ongka dan Ibu Hasnah saat ini sedang menempuh semester 2 di kelas 12 SMA di Pondok Pesantren Modern Darul Falah Enrekang sebagai santri program Tahfidz Khusus.